Kutipan menarik dari Dallas Williard berkata:
“‘Tuhan adalah gembalaku’ lebih banyak ditulis di batu nisan daripada dalam kehidupan”
Dan ini menjadi perenungan pribadi masing-masing kita..
Apakah Anda tahu?
Seorang gembala itu pekerjaannya sangat berat.
Ia harus menjaga domba-dombanya dari musuh.
Ia harus menjaga makanan dan minuman domba ini agar sehat.
Ia harus mencari domba yang hilang dan membawanya kembali.
Ia harus membalut saat domba-dombanya terluka.
Dan jika kita membaca cara berternak domba, tidak hanya makanan dan minuman harus dijaga, bahkan kandang domba pun ada aturannya agar mendapatkan domba yang terbaik. Lalu ada cara menjaga kebersihan domba-domba, dan lainnya.
Saat kita berkata, “Tuhan adalah gembalaku,” artinya kita adalah “domba-Nya” dan jika kita adalah domba-Nya:
Maukah kita diatur dalam hal apa yang harus kita makan dan minum?
Maukah kita diatur sehingga kita tetap bersih?
Maukah kita diatur oleh-Nya dalam segala hal?
Maukah kita MENURUT akan Gembala kita?
Mungkin kita berkata, “Saya tidak suka diatur!” ataupun “Saya baik-baik saja kok walaupun tidak selalu melanggar aturan Tuhan.” Tapi ingatlah! Bahwa apa yang Tuhan rencanakan bagi kita adalah “… rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11)
Jika kita mengaku bahwa “Tuhan adalah gembalaku,” maka nyatakanlah itu dalam hidup kita dengan menuruti setiap aturan-aturan yang ada di dalam firman-Nya.
Biarlah kalimat “Tuhan adalah gembalaku” bukan hanya menjadi ayat hafalan kita ataupun menjadi status kita di media sosial, tetapi biarlah itu nyata dalam hidup kita.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati.