Pemazmur berkata, “Hatiku meluap dengan kata-kata indah, aku hendak menyampaikan sajakku kepada raja; lidahku ialah pena seorang jurutulis yang mahir. Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah telah memberkati engkau untuk selama-lamanya.” (Mazmur 45:2-3)
Siapakah yang dimaksudkan pemazmur saat ia berkata, “kemurahan tercurah pada bibirmu?”
Di dalam buku Suara dalam Ucapan dan Lagu Bab 34 atau The Voice in Speech and Song (VSS) 174.1 dicatatkan bahwa “Kita harus membiasakan diri untuk berbicara dengan nada yang menyenangkan, menggunakan bahasa yang murni dan benar, dan kata-kata yang baik dan sopan. Kata-kata yang manis dan baik seperti embun dan hujan yang lembut bagi jiwa. Alkitab berkata tentang Kristus bahwa kasih karunia dicurahkan ke dalam bibir-Nya sehingga Ia ‘dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.’ (Mazmur 45:3; Yesaya 50:4). Dan Tuhan meminta kita, ‘Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.’ (Kolose 4:6) ‘supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.’” (Efesus 4:29.)
Jadi, Kristuslah yang dimaksudkan dalam ayat tersebut. Karena “Kristus adalah teladan kita di dalam segala hal.” (Messages to Young People 78.2) maka kita perlu meniru teladan-Nya dalam berkata-kata.
Bagaimana seharusnya kita berkata-kata? Pena inspirasi di atas sudah mencatat, yaitu kita harus membiasakan diri untuk berbicara dengan nada yang menyenangkan, menggunakan bahasa yang murni dan benar, dan kata-kata yang baik dan sopan.
Kiranya kita semua bisa meniru teladan Kristus dalam segala hal, termasuk perkataan.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati kita semua. Amin.