Satu ayat yang menarik perhatian saya dari pasal ini yang ingin saya bagikan adalah ayat kelima, “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.” (Mazmur 4:5)
Mengapa ini yang menarik bagi saya? Karena sekitar 2 minggu lalu saya sedang membaca buku berjudul “Pikiran, Karakter, dan Kepribadian” ada penjelasan mengenai hal ini.
Apakah ada contoh di Alkitab mengenai marah yang benar? Ya! Setidaknya ada dua yang dicatat. Tetapi di renungan teks ini saya ingin membahas satu tokoh saja, yaitu Musa.
Dicatatkan bahwa “Tindakan Musa memecahkan loh batu adalah gambaran kenyataan bahwa Israel telah melanggar perjanjian yang mereka buat dengan Allah belum lama sebelumnya. Itu adalah kemarahan yang benar melawan dosa, yang bersumber dari semangat yang besar untuk kemuliaan Allah, bukan kemarahan yang didorong oleh kasih akan diri sendiri atau ambisi yang terluka, yang dirujuk dalam Kitab Suci sebagai ‘Hendaklah kamu marah, tetapi jangan berdosa.’ Yang seperti itulah kemarahan Musa.” (Pikiran, Karakter, dan Kepribadian Vol. 2, Bab 56, hlm.194)
Jadi dari sini saya belajar bahwa marah yang diperbolehkan atau marah yang benar adalah karena melawan dosa, dan itu pun bukan karena ego kita. Sering kali kita memang marah melawan dosa dan menurut kita itu sudah benar, tetapi jika kita mau jujur dalam hati kita, tanyakan apakah kita marah karena Tuhan dihinakan? Ataukah karena kita merasa tertindas dan dihina? Apakah kemarahan itu kita lakukan karena terfokus pada diri sendiri?
Ini adalah perenungan yang baik untuk kita renungkan bersama. Tetapi terlepas dari itu, saya diingatkan untuk bisa mengendalikan emosi khususnya kemarahan. Saya berdoa agar bisa menjadi orang yang sabar seperti Kristus.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati kita semua.