Pada pasal ini, “Ayub, mengeluhkan kekejaman teman-temannya, menunjukkan bahwa ada cukup banyak kesengsaraan dalam dirinya untuk menambah kekejaman mereka. Dia rindu belas kasihan.” (Nichol, Francis D.: SDA BC : Job 19:1)
Itulah sebabnya dicatatkan, “… Ayub menjawab: ‘Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan?’” (Ayub 19:1-2)
Saat membaca ini, marilah kita sama-sama merefleksikan diri kita.
Apakah setiap perkataan yang saya ucapkan itu berkenan di hadapan TUHAN?
Apakah saya sering menyakiti hati orang lain karena perkataan yang saya ucapkan?
Tak heran ada ayat yang mengingatkan kita untuk menggunakan perkataan yang baik untuk membangun.
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
Efesus 4:29
Apa tujuannya perkataan yang baik? Yaitu “untuk membangun . . . supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
Jadi perkataan yang baik tujuannya adalah untuk membangun, untuk menguatkan orang lain. Perkataan yang baik bukan melemahkan orang lain, tapi menguatkan mereka untuk bisa lebih setia lagi kepada Tuhan dan memperbaharui hidup mereka bersama Tuhan.
Ingatlah apa yang dicatatkan oleh Yesaya dan juga apa yang diminta oleh Tuhan:
“Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. . .”
Yesaya 50:4
“Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih . . . supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
Kolose 4:6; Efesus 4:29
Hari ini kita diingatkan agar mulai hari ini kita bisa menggunakan lidah kita untuk membangun dan memberi semangat yang baru kepada orang di sekitar kita.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati kita semua. Amin.