Sering kali kita lebih suka dan percaya kepada buku yang ditulis oleh tokoh terkenal dunia, misalnya komik, novel, tulisan dari tokoh-tokoh yang sudah sukses dalam bisnis, para motivator yang terkenal, ataupun para peneliti dunia dibandingkan mempercayai firman Tuhan.
Tidak ada yang salah dengan membaca tulisan-tulisan atau mendengarkan mereka (orang yang sukses, motivator, dan para peneliti). Tetapi pertanyaannya adalah apakah saya sudah menjadikan firman Tuhan sebagai standar dan pedoman yang utama dalam kehidupan kita?
Pena inspirasi mencatat bahwa, “Jikalau kita mau membiarkan Kitab Suci berbicara kepada kita, maka ia akan mengajarkan kepada kita perkara-perkara yang tidak bisa diajarkan oleh perkara lain. Tetapi sayang sekali! Segala perkara lain kita usahakan menyelidikinya kecuali perkataan Allah. Buku-buku yang tak berguna dan cerita-cerita dikarang-karang, itulah yang sangat digemari orang, sedang Kitab Suci dengan segala harta kebenarannya yang suci itu, dibiarkannya saja di atas meja. Jikalau Perkataan Allah yang Suci itu dijadikan pemerintah atas kehidupan kita, maka ia akan menghaluskan, meninggikan, dan menyucikan kita. Yakni suara Tuhan yang diserukan kepada manusia. Maukah kita mendengar akan dia?” (Amanat Kepada Orang Muda hlm. 238 par. 2)
Tak heran Pemazmur mencatat, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105)
Biarlah kita selalu menjadikan firman Tuhan sebagai pelita dan terang yang menuntun setiap langkah dalam kehidupan kita.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati kita semua. Amin.