George Matheson adalah seorang pelayan Tuhan yang berasal dari Skotlandia. Walaupun ia adalah seorang yang mengabdikan hidupnya untuk melayani Tuhan, hidupnya bukanlah sebuah kehidupan yang nyaman dan bebas dari masalah.
Saat berusia 1 tahun,
Matheson mulai kehilangan penglihatannya. Dan kondisi itu terus memburuk hingga ia kehilangan seluruh penglihatannya di usia 17 tahun.
Walaupun begitu, ia tidak menyalahkan kondisi yang menimpa dirinya. Sebaliknya, ia terus giat belajar hingga menyelesaikan pendidikannya hingga S2.
Di tahun 1882 ia mengalami sebuah masalah yang cukup berat dalam hidupnya. Tetapi gantinya menjauh dari Tuhan, ia menulis sebuah puisi yang akhirnya dijadikan sebuah lagu himne, yang menyatakan akan kasih Tuhan di masa-masa hidupnya yang berat itu.
Ia katakan, “Suffering from extreme mental distress and the hymn was the fruit of pain.” (Menderita dari beban pikiran yang begitu besar dan himne ini adalah hasil dari rasa sakit itu.)
Lagu itu terdiri dari 4 ayat yang menyatakan bahwa Tuhan adalah kasih, terang, sukacita, dan bahkan salib Kristus adalah salib yang mengangkat dirinya lebih dekat kepada Tuhan.
Ayat pertama berbunyi:
Besar kasih-Mu ya Allah
Sandaran penat jiwaku
Ku b’ri hidupku pada-Mu
Agar mengalir kasih-Mu
Penuhi hatiku
Setiap dari kita pasti pernah mengalami masalah dalam kehidupan, dan mungkin saat kita membaca renungan ini kita sedang berada dalam masalah, entah dalam hal fisik, mental, atau rohani. Tetapi hari ini kita belajar dari kesaksian George Matheson bahwa di dalam beban masalah yang berat sekalipun, kita masih dapat merasakan kasih Tuhan.
Seperti yang dikatakan di dalam Mazmur 31:22, “Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan!”
Selamat hari Sabat dan Tuhan memberkati kita semua. Amin.