Shalom, selamat Sabat!
Apakah neraka adalah bukti bahwa Allah itu kejam? Untuk menemukan jawabannya, mari kita ikuti renungan hari ini.
Apakah kamu tahu?
“Setan masih saja membutakan pikiran-pikiran manusia, supaya dengan demikian mereka memandang Allah dengan rasa takut; mereka menganggap-Nya kejam tak berpengasihan. Setan menuntun manusia supaya menganggap Allah sebagai oknum yang sifat utamanya ialah keadilan yang lalim — sebagai seorang hakim yang kejam, kasar, sebagai orang yang berpiutang yang suka memaksa. Digambarkannya khalik itu sebagai oknum yang mengawasi dengan pandangan kecemburuan mengamat-amati kekeliruan dan kesalahan-kesalahan manusia, supaya Dia dapat menghakimi mereka.”
Steps to Christ 10.3
Apakah kita juga berpikir bahwa Allah kita adalah Allah yang kejam? Jika kita berpikir demikian, maka ikuti renungan ini sampai selesai.
Mungkin beberapa orang berpikir, “Bukankah Allah itu maha pengampun, pengasih, penyayang, panjang sabar, dan berlimpah kasih dan setia-Nya? Lalu mengapa ada neraka yang sangat kejam? Bukankah itu bukti bahwa Allah itu kejam?”
Sekarang mari kita lihat akar dari penderitaan yang terjadi di dunia saat ini. Mengapa saat ini ada penderitaan, penyakit, kekecewaan, kematian, dan lain-lain yang tidak menyenangkan? Jawabannya adalah karena ada dosa. Dosalah yang menyebabkan semua hal ini terjadi.
Pertanyaan bagi kita semua, apakah kita semua ingin berada di dunia yang tidak ada lagi kematian, tidak ada penyakit, tidak ada ratap tangis? Ya! Tentu saja kita ingin berada di dunia yang seperti itu, bukan?
Jika kita ingin berada di dunia yang seperti itu, maka dosa harus dihapuskan atau dibinasakan dari dunia ini agar tidak ada lagi penderitaan, penyakit, kekecewaan, kematian, dan lain-lain.
Jika kita sudah paham konsep itu, mari kita lihat apakah “Neraka itu adalah bukti bahwa Allah kita kejam ataukah neraka itu adalah bukti bahwa Allah kita penuh kasih?”
Sekarang mari kita perhatikan lagi, apa yang sebenarnya Allah ingin binasakan? Allah ingin membinasakan dosa yang merupakan akar munculnya penderitaan, penyakit, kematian, dan lain-lain. Allah sebenarnya tidak ingin membinasakan manusia. Ia ingin membakar akar masalah utamanya sehingga kita bisa mendapatkan kebahagiaan. Lalu mengapa manusia ikut binasa?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya ingin memberikan sebuah ilustrasi. Bayangkan bahwa kita memiliki sesuatu yang kita tidak ingin lepas; anggap saja sesuatu yang kita tidak bisa lepas adalah handphone kita dan kita harus selalu memegangnya. Handphone kita ini diibaratkan dengan dosa. Lalu karena kita tidak mau melepaskannya saat Allah dengan penuh kasih meminta handphone kita untuk ditukar dengan Alkitab, padahal Allah akan membinasakan handphone kita ini, kira-kira apa yang terjadi? Yang terjadi adalah Allah akan tetap membinasakan handphone itu yang adalah akar dari penderitaan, tetapi karena kita tidak mau melepaskan handphone kita dan selalu memegangnya di tangan kita, itulah sebabnya saat Tuhan ingin membinasakan handphone itu, tetapi kita yang memegang erat dan tidak mau melepaskannya akan ikut binasa.
Jadi, neraka itu adalah bukti kasih Allah kepada manusia karena yang Ia ingin hapus adalah “… segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Wahyu 21:4)
Jadi pertanyaan bagi kita, apakah neraka itu bukti kekejaman Allah? Tidak! Itu malah bukti kasih Allah pada kita agar kita bisa hidup kekal dan bahagia, tetapi saat kita sendiri yang memilih untuk tidak mau melepaskan dosa itu dari diri kita, maka kita pun ikut terbakar dan binasa selama-lamanya.
Oleh karena itu, janganlah kita mau dibutakan oleh Setan dengan mempercayai bahwa Allah kita adalah Allah yang kejam. Jika hari ini kita masih memiliki kesempatan untuk hidup, maka gunakanlah waktu-waktu ini dengan bijaksana. Gunakan kesempatan ini untuk kita bisa meninggalkan dosa-dosa kita dan berbalik kepada Tuhan. Percayalah kita pasti bisa meninggalkan dosa-dosa kesayangan kita dengan memohon bantuan dari Tuhan.
Kiranya renungan hari ini boleh membuka hati dan pikiran kita bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang pengasih, penyayang, panjang sabar, dan besar kasih dan setia-Nya pada kita. Dan “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat …” (2 Petrus 3:15)
Selamat Sabat dan Tuhan memberkati kita semua. Amin.