Kemarin kita sudah melihat bagaimana Yunus kecewa dan hari ini kita akan belajar dan melihat jawaban Tuhan.
Tuhan menjawab: “Layakkah engkau marah?” (Yunus 4:4)
Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Apakah artinya? Tuhan mengajar Yunus dengan pertanyaan itu. Apakah ia boleh marah, pertanyaan ini seharusnya membuat Yunus kembali berpikir apakah tindakan yang harus ia lakukan. Secara tidak langsung Tuhan berkata kepada Yunus “Yunus kamu tidak boleh marah, mengapa kamu merasa kalau kamu boleh marah terhadap Niniwe?”
Mengapa Tuhan mengatakan seperti demikian? Karena “… bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan.” (1 Korintus 10:26)
Tuhan pemilik bumi beserta isinya (termasuk manusia dan juga Niniwe) dan berhak untuk mengatur segalanya. Walaupun Niniwe adalah kota yang jahat, Allah mengasihi orang-orang yang ada di Niniwe. Niniwe diberi kesempatan, dengan lekas orang niniwe mengambil kesempatan itu untuk bertobat. Dan Allah merasa berhak untuk mengampuni mereka.
Tetapi apa respon Yunus? “Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.” (Yunus 4:5).
Yunus masih menginginkan Tuhan menjalankan rencananya. Betapa sering kita menjadi ‘Yunus modern’ yang memaksa Tuhan untuk mengikuti kehendak dan keinginan kita. Kita seharusnya belajar untuk melakukan bagian kita. Apa bagian kita? “Bagianku ialah TUHAN, aku telah berjanji untuk berpegang pada firman-firman-Mu.” (Mazmur 119:57)
Selamat pagi dan Tuhan memberkati.