Shalom dan selamat pagi.
Selain otak yang tidak sehat, rokok, dan minuman beralkohol, kira-kira apa lagi yang menjadi penghalang bagi kita untuk memahami Firman Tuhan?
“Perkataan yang diucapkan disesuaikan dengan kebutuhan umat Tuhan; bukti kebenaran disajikan dengan jelas dan nyata. Alasan perkataan tersebut tidak memiliki efek yang diinginkan pada pendengar bukanlah karena kurangnya bukti; karena sambungan demi sambungan diselesaikan hingga rantai itu selesai; tetapi pikiran para pendengar dipenuhi dengan prasangka. Mereka tidak mau menerima bukti, dan mencoba membuat Alkitab menopang ide-ide mereka, daripada mengubah pikiran mereka agar sesuai dengan Alkitab.“
Review and Herald, June 3, 1902, Art. A, par. 12
Penghalang kita berikutnya adalah prasangka buruk. Sejelas apapun kebenaran itu disampaikan, kita tidak akan mampu memahaminya karena pikiran kita sudah dipenuhi prasangka buruk.
Memang benar kita harus berhati-hati dengan pengajaran yang salah, ajaran tanpa disertai bukti melalui ayat-ayat Alkitab sudah tentu harus kita buang jauh-jauh. Namun yang menjadi masalah, sering kali, ketika bukti-bukti ayat Alkitab sudah terpampang jelas kita malah tidak percaya karena sudah berprasangka buruk dari awal. Seakan-akan kita sudah terlebih dahulu menutup pintu sehingga kebenaran itu tidak bisa kita pahami.
Mari belajar dari orang-orang di Berea, “Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea … Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.” (Kisah Para Rasul 17:10-11).
Hari ini kita belajar bahwa kita harus bisa membuka hati kepada setiap ajaran yang sudah memiliki bukti melalui ayat-ayat Alkitab. Lalu barulah selanjutnya kita menyelidikinya untuk semakin membuktikan bahwa apakah itu memang kebenaran Tuhan atau bukan.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati.