Untuk beberapa waktu ke depan, kita akan membahas mengenai imam Eli, tetapi sebelum membahas mengenai imam Eli, mari kita membahas terlebih dahulu kisah mengenai kelahiran Samuel di dalam 1 Samuel 1-2.
Ada seorang wanita bernama Hana yang tidak memiliki anak dan ia berdoa meminta anak kepada Tuhan dengan sebuah janji atau nazar. Mari kita baca kisahnya sekilas.
“Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN, dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian bernazarlah ia, katanya: ‘TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.’”
1 Samuel 1:9-11
Tuhan mengabulkan doa Hana. Alkitab mencatat, “… setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: “Aku telah memintanya dari pada TUHAN.” (1 Samuel 1:20)
Apakah Hana menepati nazarnya? Ya! Alkitab mencatat bahwa Hana mengantarkan kepada Eli dan berkata, “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN….” (1 Samuel 1:27-28)
Melihat apa yang dilakukan Hana, “Eli amat terkesan oleh iman dan pengabdian perempuan ini. Dia sendiri adalah seorang bapa yang terlalu memanjakan anak, ia merasa heran dan rendah diri apabila melihat pengorbanan yang besar dari ibu ini untuk berpisah dari anak satu-satunya, agar ia bisa menyerahkan anak ini kepada pekerjaan Tuhan. Ia merasa tertempelak atas kasihnya yang mementingkan diri itu…” (Patriarchs and Prophets 571.1)
Mari kita renungkan: “Apakah saya masih mementingkan diri saya atau tidak?”
Tuhan ingin agar kita tidak mementingkan diri sendiri “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.” (Yakobus 3:16)
Kiranya kita semua bisa sama-sama belajar untuk tidak mementingkan diri sendiri dan mengutamakan Tuhan di dalam setiap hal yang kita lakukan.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati kita semua. Amin.