Renungan kita pada pagi hari ini diambil dari Mazmur 40:4, “Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.”

Apa yang dapat kita pelajari dari ayat ini?

Pertama, Tuhanlah yang memberikan nyanyian, khususnya nyanyian pujian, di dalam mulut kita. Bukankah menyanyi adalah suatu hal yang mudah? Kita tinggal buka mulut dan mengeluarkan nada dengan liriknya? Tetapi rupanya nyanyian pujian kepada Allah bukanlah hal yang selayaknya dilakukan dengan sembrono. Nyanyian pujian yang sungguh-sungguh kepada Tuhan adalah karena Tuhan yang memampukan kita untuk melakukannya dan karena kebaikan yang Tuhan berikan kepada masing-masing kita.

Kedua, yang dimaksud dengan nyanyian baru bukanlah lagu yang baru setiap saat kita menyanyi dan memuji tetapi nyanyian itu dilantunkan dengan perasaan yang baru setiap saat. Nyanyian baru adalah “Pujian yang dirasakan oleh karena kebaikan Tuhan.” (Adam Clarke Bible Commentary) dan “itulah nyanyian pengalaman mereka” (The Great Controversy 648.3)

Ayat ini ditulis oleh Daud yang mengekspresikan ucapan syukur atas kebaikan dan berkat Tuhan yang luar biasa. Jika kita baca ayat 2-3, kita melihat bahwa pada saat itu Daud sementara bergumul menghadapi tantangan dalam hidupnya. Daud menggunakan kata-kata puitis yang cukup dalam seperti “teriakku, lobang kebinasaan” dan lainnya. Jadi saat ia merasakan pertolongan Tuhan di dalam ketidakberdayaannya, itulah nyanyian baru bagi Daud.

Ketiga, kebaikan Tuhan yang dirasakan dan pertolongan-Nya yang sempurna, yang diungkapkan dalam nyanyian pujian yang sungguh-sungguh dari dalam hati menjadi sebuah sarana membawa jiwa-jiwa percaya kepada Tuhan. Untuk itu, setiap kali kita menyanyikan pujian kepada Tuhan, marilah kita lakukan dengan sungguh-sungguh sehingga orang akan melihat dan bahkan turut merasakan kebaikan Tuhan.

Sebaliknya, jika kita menyanyi dengan setengah hati, hal itu akan terpancar dari bahasa tubuh kita yang kurang baik dan orang tidak akan terberkati dengan itu. Bahkan lebih buruk lagi jika pada saat menyanyi kita diam saja, atau main HP, atau mengobrol, atau melakukan hal lainnya. Jangan sampai kita menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Kiranya dari ayat ini kita dapat introspeksi dan menjadi lebih baik dalam menyanyi puji-pujian bagi Tuhan.

Leave a Reply

Contact Us

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus voluptatem accusantium doloremque laudantium totam reaperiam eaque ipsa quae ab illo inventore veritatis et quasi architecto beatae vitae dicta sunt explicabo.

Type what you are searching for:

Hubungi Kami