Selamat Sabat!
Kemarin kita telah membahas bagaimana tubuh kita selalu dalam keadaan homeostasis (keadaan yang seimbang) misalnya: jika kita lelah maka kita harus beristirahat.
Mengapa ada malam? Itu adalah tanda di mana tubuh kita harus beristirahat dari keadaan yang lelah selama sehari, yang disebut dengan siklus harian (circadian rhythm).
Namun Tuhan, Sang Pencipta kita memberikan tanda lain setiap akhir pekan, yaitu pada hari ketujuh kita harus beristirahat (circaseptan rhythm).
Faktanya: setiap orang suka dengan yang namanya “akhir pekan” untuk beristirahat.
Setelah enam hari lamanya kita bekerja, ada hari ketujuh yang disebut hari Sabat (hari Sabtu) yang Tuhan berikan untuk kita berhenti.
“Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada Sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu.”
Imamat 23:3
Tujuan hari Sabat bukan hanya untuk beristirahat dan melepaskan lelah. Mari kita baca Kejadian 2:2-3: “Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya…”
Hari Sabat adalah hari yang dikuduskan atau diasingkan, mengapa?
“Diasingkan dengan maksud yang suci diberikan-Nya kepada Adam untuk hari berhenti…. karena Sabat itu menjadi peringatan akan pencipta, itu adalah tanda dari kasih dan kuasa Kristus, Sabat menarik pikiran kita pada alam dan membawa kita kepada hubungan dengan Khalik… Hari Sabat bukan hanya untuk orang Israel saja tetapi untuk dunia.”
Kerinduan Segala Zaman hlm. 298-300
Sabat bukan hanya hari untuk beristirahat namun juga untuk mengingat Pencipta kita.
Biarlah sukacita dan berkat Sabat menjadi bagian kita semua pada hari ini. Amin.