Shalom, selamat hari Sabat.

Pernahkah anda mendengar istilah “autofagi”? Autofagi terdiri dari dua kata, “auto” dan “fagi” yang berarti “memakan diri sendiri”. Apakah istilah itu terdengar aneh? Lalu apa sesungguhnya autofagi itu?

Fenomena autofagi pertama kali ditemukan oleh ahli biologi sel dari Jepang bernama Yoshinori Ohsumi. Autofagi adalah respon alami ketika tubuh tidak memperoleh makanan dalam jangka waktu tertentu. Autofagi memungkinkan tubuh untuk mendaur ulang setiap komponen sel yang sudah rusak dan membuatnya menjadi sel baru yang sehat. 

Autofagi ini hanya dapat diaktifkan ketika tubuh tidak memperoleh nutrisi makro melalui makanan (terutama protein) dalam jangka waktu tertentu. Dan sudah jelas ini hanya bisa dicapai dengan berpuasa. 

Dalam kondisi lapar tubuh secara otomatis akan bekerja secara efisien untuk bertahan hidup. Biasanya tubuh akan menggunakan nutrisi yang diperoleh dari makanan untuk meregenerasi sel-selnya. Namun dalam fenomena autofagi, karena tubuh tidak mendapat asupan nutrisi dari makanan, maka tubuh “terpaksa” mendaur ulang sel-selnya yang rusak agar dapat dibongkar menjadi komponen-komponen dan dibentuk kembali menjadi sel baru yang sehat. Artinya sel-sel rusak yang tadinya sampah dalam tubuh dapat dirubah menjadi sel yang baru kembali. Terdengar hebat, bukan? 

Itu sama seperti anda memiliki barang-barang bekas di gudang dan barang tersebut di daur ulang kembali, sehingga barang yang tadinya sampah menjadi barang yang bernilai kembali.

Lalu apa yang mesti kita lakukan untuk dapat mengaktifkan respon autofagi dalam tubuh? Kita akan membahasnya pada renungan kita berikutnya.

Hari ini kembali lagi kita melihat kebaikan Tuhan di dalam tubuh manusia. Bahwa sel yang rusak sekalipun ternyata masih bisa diperbaiki melalui proses autofagi. Demikian juga diri kita yang berdosa ini. Walau kita sudah rusak karena dosa, Tuhan berjanji akan membersihkan kita dari segala dosa kita.

Karena “. . . Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yesaya 1:18)

Kiranya renungan ini boleh menjadi berkat bagi kita semua dan kita selalu dalam keadaan yang sehat.

Selamat hari Sabat dan Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Leave a Reply

Contact Us

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus voluptatem accusantium doloremque laudantium totam reaperiam eaque ipsa quae ab illo inventore veritatis et quasi architecto beatae vitae dicta sunt explicabo.

Type what you are searching for:

Hubungi Kami