Beberapa hari kemarin kita telah belajar tentang manfaat memberi dan juga melihat contoh dari kehidupan murid Yesus. Namun ada satu pertanyaan, mengapa para murid yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:44-47 dapat hidup dengan sifat suka memberi dan tidak egois? Apa yang mendasari semua itu? 

Jika kita cermati dengan baik, kisah itu diawali dengan kalimat “Dan semua orang yang telah menjadi percaya…” (ayat 44). 

“Semua orang” yang tertulis di ayat 44 adalah “orang-orang yang menerima perkataannya [khotbah Petrus di ayat 14-40] itu memberi diri dibaptis” (ayat 41).  

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, mari kita melihat satu tokoh Alkitab lain yang juga hidup dengan dermawan—Nikodemus. Ia adalah seorang pemimpin agama Yahudi, seorang yang sangat terpandang, memiliki jabatan, dan juga kaya. Ia rindu untuk menyelidiki kebenaran lebih lagi. Dan setelah percakapannya dengan Yesus di malam itu, Ia membuka hatinya untuk menerima Yesus. 

Di saat kematian Yesus, Nikodemus membawa campuran minyak mur dan gaharu yang mahal harganya (Yohanes 19:39). Tidak hanya itu, “ketika orang-orang Yahudi mencoba untuk menghancurkan gereja mula-mula, Nikodemus maju membelanya. Tanpa ragu-ragu dan bertanya-tanya, ia menguatkan iman para murid dan menggunakan kekayaannya dalam membantu menopang gereja di Yerusalem dan dalam memajukan pekerjaan Injil. Mereka yang dulunya membayar dia dengan penghormatan, sekarang mencemooh dan menganiaya dia, dan ia menjadi miskin di dalam harta duniawi; namun ia tidak bimbang dalam mempertahankan imannya” (The Acts of the Apostle 105.1). 

Dari dua kisah dermawan ini—orang-orang percaya dan Nikodemus—kita melihat satu persamaan yang dapat menjawab pertanyaan di atas. Mereka adalah orang-orang yang telah bertemu Yesus, melihat kehidupan-Nya di bumi, mendengar pengajaran-Nya, dan dengan pertolongan Roh Kudus mereka diyakinkan untuk menerima Yesus sebagai Mesias dan Juruselamat mereka. Dan hasil dari semua itu adalah kehidupan yang tidak mementingkan diri.  

Mereka belajar sifat suka memberi, bahkan mengorbankan kesenangan pribadi demi orang lain dari firman dan teladan yang Yesus hidupkan selama di bumi. Sifat suka memberi Yesus yang jauh lebih besar dari semua manusia, adalah mendasari hidup mereka yang tidak egois. Mereka telah melihat bagaimana Tuhan mengorbankan seluruh isi sorga demi menyelamatkan manusia, dan hal itulah yang menjadi cermin mereka untuk hidup seperti Ia telah hidup. 

Mereka menghidupkan firman Tuhan yang terdapat di dalam Yohanes 13:34, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” 

Marilah sekarang kita melihat kepada kehidupan kita masing-masing. Kita yang telah mendengar firman Tuhan, mempelajari kehidupan-Nya, menerima-Nya sebagai Juruselamat pribadi, dan merasakan kasih-Nya yang sungguh luar biasa bagi kita, apakah kita mau membagikan itu kepada orang lain?  

Mungkin kita bukan orang kaya seperti Nikodemus, mungkin gaji yang kita dapatkan itu pas-pasan dengan kebutuhan kita dan keluarga, tetapi sifat suka memberi tidak hanya dicerminkan melalui pemberian uang atau harta duniawi lainnya, tetapi memberi perhatian, memberi waktu, usaha, dan tenaga dalam pekerjaan Tuhan, memberi pertolongan kepada orang yang lanjut usia, dan mereka yang membutuhkan adalah juga bentuk dari kehidupan yang tidak egois dan dermawan

Marilah kita renungan hari ini. Karena kasih-Nya, Yesus telah memberikan segala-galanya bagi kita. Sudahkah kita memberi kepada orang lain? 

Selamat pagi dan Tuhan memberkati.

Leave a Reply

Contact Us

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus voluptatem accusantium doloremque laudantium totam reaperiam eaque ipsa quae ab illo inventore veritatis et quasi architecto beatae vitae dicta sunt explicabo.

Type what you are searching for:

Hubungi Kami