Sama seperti bangsa israel, Niniwe berpuasa juga. Yang dilakukan bangsa Israel adalah “merendahkan diri dengan penuh khidmat di hadapan Allah, dengan disertai doa, puasa dan penyelidikan hati yang sungguh-sungguh.” (Patriarchs and Prophets 355.4)
“Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya… ‘Manusia dan ternak.. tidak boleh makan apa-apa,.. berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.’”
Yunus 3:6-9
“Ketika raja dan para pembesar, bersama-sama dengan rakyat biasa, yang terpandang dan yang rendah, ‘bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus’ (Matius 12:41) dan bersatu dalam berseru kepada Tuhan yang di surga, maka belas kasihan-Nya diberikan kepada mereka.”
Prophets and Kings 270.4
Dari sini kita belajar bagaimana kita harus berdoa dan juga berpuasa. Berpuasa bukan hanya karena ingin mendapat sesuatu, namun meminta pengampunan, merendahkan diri, dan berbalik dari tingkah laku yang jahat.
Sama seperti orang Niniwe menyadari pentingnya berdoa, kita pun harus tahu bahwa “Doa yang disertai penyesalanlah yang berkenan kepada Tuhan.” (Messages to Young People 247.3)
Selamat pagi dan Tuhan memberkati.