Saat saya masih kuliah ada sebuah acara di mana kami harus pergi ke luar kota dan menginap disana. Sebelum kami berangkat, saya teringat dosen saya yang bertanya, “Siapa yang merasa terpaksa ikut acara ini?” Dan beberapa orang mengangkat tangan.
Lalu dosen itu bertanya, “Siapa yang memaksa kalian untuk ikut?” Mereka pun menjawab bahwa “Universitas yang memaksa” dan dosen saya bertanya lagi, “Apakah benar universitas memaksa?” dan mereka jawab, “benar!”
Tak lama kemudian dosen saya bertanya sambil menjelaskan, “Apakah kalian bisa memutuskan untuk tidak ikut acara ini? Ya! Tentu saja bisa! Kalian tidak ikut acara itu tentu saja bisa, tetapi ada konsekuensi yang akan kalian hadapi, yaitu tidak bisa lulus. Lalu apa konsekuensinya kalau ikut acara ini? Konsekuensinya adalah kita capek dan mungkin kita malas ikut karena ada banyak tugas. Tetapi semua itu adalah pilihan kita. Kita tetap bisa memilih untuk ikut acara ini atau tidak, bukan?”
Hidup kita penuh dengan pilihan dan “Kristus tidak pernah memaksa seseorang untuk bersahabat dengan Dia. Ia menaruh perhatian kepada mereka yang memerlukan Dia. Dengan senang hati la akan memasuki rumah yang paling hina, dan menggembirakan hati yang paling rendah. Tetapi jika manusia bersikap terlalu acuh tak acuh untuk memikirkan tentang Tamu dari surga, atau meminta Dia tinggal dengan mereka, la akan lewat. Demikianlah halnya banyak orang mengalami kerugian besar. Mereka tidak mengenal Kristus lebih dari murid-murid sementara la berjalan dengan mereka di jalan” (Alfa dan Omega, jilid 6, hlm. 452).
Pertanyaan bagi kita, apakah atau siapakah yang akan kita pilih? Kita tahu konsekuensi dari setiap pilihan kita dan kita harus tetap memilih. Tidak ada paksaan untuk ikut Tuhan, bukan?
“Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15)
Marilah kita bijak-bijak dalam memilih ataupun memutuskan segala sesuatu.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati.