Ini adalah bagian terakhir dari “Seri Lebih Baik Mati”. Setelah sekian lama kita mengikuti seri ini tentu masing-masing dari kita mendapatkan pelajaran yang mungkin saja berbeda-beda.
Dan hari ini saya akan bagikan pelajaran yang paling berkesan bagi saya, yaitu:
(1) Pentingnya melatih iman
(2) Belajar dari teladan Huss yang adalah orang terpandang dan memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi namun tidak segan menegur dosa kepausan dan menjadi “berbeda”.
(3) Setiap orang pasti memiliki kelebihan yang bisa dipakai dalam pekerjaan menyebarkan injil.
Itu adalah pelajaran yang paling berkesan bagi saya, dan bagi teman saya, yang paling berkesan bagi teman saya adalah:
(1) Prinsip “lebih baik mati daripada tidak menghormati atau melanggar hukum Allah.”
(2) Harus berani menyampaikan kebenaran walaupun risikonya bisa jadi akan turun pangkat, kehilangan pekerjaan, dimusuhi oleh banyak orang, dicemooh, bahkan mungkin juga akan mengalami kematian.
(3) Pentingnya melatih iman mulai dari sekarang.
(4) Saat ini, khususnya di Indonesia, masih ada kebebasan untuk beribadah, masih ada kebebasan untuk menyampaikan kebenaran, masih bisa mempelajari Alkitab dan memiliki Alkitab, masih bisa mengadakan pertemuan-pertemuan rohani. Oleh karena itu, gunakan waktu-waktu kelimpahan ini dengan sebaik mungkin. Isi lumbung kita dengan firman Tuhan selama masih ada kesempatan.
Itu adalah pelajaran yang didapat oleh teman saya. Dan sekarang mari kita rangkumkan sekilas pelajaran kita selama beberapa hari ini.
Ingatlah bahwa prinsip yang seharusnya kita miliki sebagai umat Tuhan, yaitu “lebih baik mati daripada tidak menghormati atau melanggar hukum Allah.”
Selain itu, ingatlah juga bahwa “Kita tidak semestinya menyetujui dosa dengan perkataan atau perbuatan, atau sikap diam atau kehadiran kita.” (The Desire of Ages 152.3)
Lalu ingatlah juga semua tokoh yang sudah kami bahas, yaitu Hananya, Misael, Azarya, Daniel, Henokh, Elia, John Huss, dua orang asing yang datang ke Praha, Jerome, dan beberapa orang yang dipenjara atau didenda karena melanggar undang-undang hari Minggu.
Dari semua tokoh tersebut, tentu saja kita dapat mengambil banyak hal yang baik dari mereka dan dapat kita terapkan juga dalam kehidupan kita, seperti iman mereka, keberanian mereka, penggunaan talenta yang mereka miliki, kesetiaan mereka, dan lain-lainnya.
Dan pada akhirnya kita sudah belajar bahwa akan ada suatu pemaksaan untuk melanggar hukum Allah kepada kita semua. Pertanyaan bagi kita: apakah kita sudah siap menghadapinya? Apakah kita sudah melatih iman kita saat ini? Jawablah dalam hati kita masing-masing.
Lalu pada bagian akhir ini, mari kita jawab pertanyaan ini dalam hati kita masing-masing.
(1) Apakah prinsip “lebih baik mati daripada tidak menghormati atau melanggar hukum Allah” akan menjadi prinsip saya? Ataukah saya lebih memilih untuk berada di zona aman dan nyaman saja?
(2) Apakah saya akan tetap menyatakan kebenaran walaupun tahu bahwa akan ada risikonya?
(3) Apakah saya sudah menggunakan talenta yang Tuhan berikan kepada saya untuk memberitakan kebenaran?
Jawablah itu dalam hati kita masing-masing.
Kiranya renungan “Seri Lebih Baik Mati” ini boleh menjadi berkat serta menguatkan kita semua.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati kita semua. Amin.