Kemarin kita sudah belajar bahwa sebagai umat Tuhan kita memiliki prinsip bahwa “lebih baik mati daripada tidak menghormati atau melanggar hukum Allah…” (Testimonies for the Church, Vol. 5, 147.1)
Hari ini mari kita pelajari kisah Hananya, Misael, dan Azarya yang tetap memilih untuk tidak menyembah patung walaupun nyawa taruhannya. Kisah lengkapnya silahkan dibaca di dalam kitab Daniel pasal 3.
Menyembah pada patung tentu saja melanggar hukum Allah, yaitu “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu ….” (Keluaran 20:4-5)
Ketiga pemuda Ibrani ini lebih mengasihi Allah sehingga walaupun ada ancaman yang diberikan, yaitu “… siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.” (Daniel 3:11)
Walau nyawa adalah taruhannya, mereka tetap memilih untuk tidak menyembah patung itu. Ada sebuah pernyataan yang diberikan oleh mereka yang sangat terkenal, yaitu “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Daniel 3:17-18)
Inilah iman dan prinsip mereka yang bisa kita tiru, yaitu tetap setia kepada Tuhan meskipun ancaman mati dihadapkan kepada mereka.
Saat ini kita mungkin tidak diancam mati, tetapi bisa jadi ancaman kepada kita adalah tidak lulus sekolah, kuliah, dipecat dari pekerjaan atau tidak mendapat pekerjaan oleh karena kita mengikuti hukum Allah untuk memelihara Sabat atau hukum lainnya. tetapi ingatlah bahwa kita harus memiliki prinsip untuk lebih baik mati daripada melanggar hukum Allah.
Biarlah renungan pagi ini boleh mengingatkan dan menguatkan kita semua. Amin.