Shabbat Shalom!
Apakah Anda tahu? Kristus telah menganugerahkan kepada murid-murid-Nya suatu warisan damai sebelum Ia disalibkan.
Dia berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yohanes 14:27)
Damai seperti apa yang dimaksud? Apakah semua kata “damai” adalah baik dan benar? Belum tentu! Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan kata “damai.”
Mengapa kita harus berhati-hati dengan kata damai? Mari kita perhatikan dua poin penting!
Alasan pertama mengapa kata damai tidak selalu baik dan benar karena di dalam Yeremia 9:8 dikatakan bahwa: ”Lidah mereka adalah anak panah yang membunuh, perkataan dari mulutnya adalah tipu; mereka berbicara damai dengan temannya, tetapi dalam hatinya mereka merancang pengadangan terhadapnya.” (Yeremia 9:8)
Jadi, ada banyak orang yang berkata damai hanya di mulut, tetapi merencanakan yang jahat. Itulah sebabnya kata damai itu tidak selalu baik dan benar. Lalu apa alasan keduanya?
Alasan kedua, “Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar di antara mereka, semuanya mengejar untung, baik nabi maupun imam semuanya melakukan tipu. Mereka mengobati luka umat-Ku dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera.” (Yeremia 6:14)
Jadi, ada banyak orang bahkan nabi dan imam sekalipun menipu berkata damai padahal sebenarnya tidak ada damai.
Apa hasilnya?
Hasilnya “… Teriakan nyaring yang meratap terdengar ke segala arah, ‘Andalah yang mencegah saya menerima kebenaran yang akan menyelamatkan saya dari saat yang mengerikan ini.’ Orang-orang berbalik kepada para pendeta dengan kebencian yang pahit dan mencela mereka, dengan mengatakan, ‘Kamu belum memperingatkan kami. Kamu memberi tahu kami bahwa seluruh dunia harus dipertobatkan, dan berseru, Damai, damai, untuk menenangkan setiap ketakutan yang muncul. Kamu belum memberitahu kami tentang jam ini, dan orang-orang yang memperingatkan kami tentang hal itu Anda nyatakan sebagai orang fanatik dan jahat, yang akan menghancurkan kami.’“ (Early Writings 282.1)
Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan kata “damai” yang kita dengar.
Jadi, “Damai ini bukannya damai yang datang dari persesuaian dengan dunia. Kristus tidak pernah membeli damai oleh kompromi dengan kejahatan. Damai yang ditinggalkan Kristus kepada murid-murid-Nya adalah dari dalam yang selamanya akan tinggal dengan saksi-saksi-Nya melalui pergumulan dan pertikaian.” (Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 70)
Berhati-hatilah dengan “damai” yang berkompromi dengan “dosa” karena itu bukan damai yang sesungguhnya. Tak heran Dia berkata: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” (Matius 10:34)
Oleh karena itu, marilah kita selalu memiliki damai yang benar-benar berasal dari Kristus… Karena orang yang berbuah dalam Kristus pastilah memiliki damai sejahtera yang bukan berasal dari kompromi dengan dunia, tetapi karena kita tinggal dalam pokok anggur yang benar, yaitu Kristus.
Kiranya berkat Sabat, damai sejahtera, dan sukacita boleh menjadi bagian kita semua. Amin.