Mungkin kita sering mendengar kisah Esau yang menjual hak kesulungan ke Yakub. Tetapi hari ini kami akan membahas pertanyaannya adalah apa saja yang di dapat dari hak kesulungan? Mari kita baca kutipan di bawah ini:
“Mereka [Esau dan Yakub] telah diajar untuk menghargai hak sulung sebagai satu perkara yang amat penting, karena hal itu bukan hanya mencakup warisan harta duniawi, tetapi juga keutamaan dalam hal yang rohani. Ia yang menerimanya harus menjadi imam dari keluarganya, dan dari garis keturunannya itu Penebus dunia akan datang. Dengan kata lain, ada kewajiban-kewajiban yang tertanggung atas pemilik hak kesulungan itu. Ia yang akan mewarisi berkat-berkatnya harus mengabdikan hidupnya kepada pelayanan akan Allah. Seperti Abraham, ia harus taat kepada tuntutan-tuntutan ilahi. Di dalam pernikahan, di dalam hubungan keluarga, di dalam kehidupan masyarakat, ia harus selalu menanyakan akan kehendak Allah.”
Patriarchs and Prophets 177.3
Jadi yang di dapat dari hak kesulungan itu bukan hanya mencakup harta duniawi, tetapi terlebih dahulu dalam hal rohani. Dan dari garis keturunan merekalah maka Penebus dunia akan datang. Orang yang mendapatkan hak kesulungan harus mengabdikan hidupnya pada pelayanan akan Allah.
Itu adalah berkat-berkat yang luar biasa. Tetapi tentu saja tidak semua orang suka untuk berkat hak kesulungan dalam hal rohani seperti Esau. Benarkah demikian? Mari kita baca kutipan di bawah ini:
“… Tetapi Esau tidak suka kepada hidup pengabdian, tidak mempunyai kecenderungan kepada hidup keagamaan. Tuntutan-tuntutan yang menyertai hak kesulungan dalam perkara rohani baginya merupakan satu kekangan yang tidak diingini bahkan dibencinya. Hukum Allah, yang merupakan syarat daripada perjanjian ilahi dengan Abraham, dianggap oleh Esau sebagai satu kuk perhambaan. Dengan kecenderungan akan sifat-sifat pemanjaan diri, ia tidak menghendaki sesuatu selain daripada kebebasan untuk menurut kemauan hatinya. Baginya kekuasaan dan kepelesiran, dan pesta pora, adalah kebahagiaan. Ia bermegah-megah dalam kebebasan yang tidak ada batasnya, dalam kehidupannya yang buas itu.”
Patriarchs and Prophets 178.1
Lalu bagaimana dengan Yakub?
“Yakub … dipenuhi oleh kerinduan yang tidak terkatakan untuk memperoleh kesempatan-kesempatan yang datang dari hak kesulungan itu. Bukanlah hak untuk memiliki kekayaan bapanya yang ia inginkan; hak kesulungan dalam perkara-perkara rohanilah yang diidam-idamkannya. Untuk berhubungan dengan Allah sebagaimana yang telah dilakukan oleh Abraham, untuk mempersembahkan korban penebusan bagi keluarganya, untuk menjadi leluhur daripada umat pilihan, dan Mesias yang dijanjikan itu, dan untuk mewarisi harta yang baka yang tercakup dalam berkat-berkat perjanjian itu—inilah kesempatan-kesempatan dan kehormatan yang telah membangkitkan kerinduannya yang dalam. Pikirannya selalu tertuju kepada masa yang akan datang, dan berusaha untuk memahami akan berkat-berkatnya yang tidak kelihatan.”
Patriarchs and Prophets 178.2
Melihat Esau dan Yakub, maka kita bisa melihat akan ada dua golongan yang juga kita lihat hari ini, yang suka dengan perkara rohani dan yang suka dengan kepelesiran dunia. Lalu, di manakah posisi kita? Jawablah dalam hati kita masing-masing.
Pilihan ada di tangan kita masing-masing, “… Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15)
Selamat pagi dan Tuhan memberkati kita semua. Amin