Jika kemarin kita sudah membahas mengenai berkata jujur atau tidak berbohong, apa saja contohnya dalam kehidupan kita?
Ada beberapa contoh yang harus kita renungkan agar kita bisa lebih terbuka lagi.
Pertama, saat kita ditanyai “Hari ini sibuk?” Mungkin karena kita lagi malas diajak bicara atau pergi, maka kita berbohong berkata sibuk.
Kedua, saat ada orang datang dan kita tidak suka, maka kita akan meminta orang lain berbohong atau kita yang dimintai untuk berbohong dan berkata bahwa “si A tidak ada di rumah” atau lainnya.
Ketiga, zaman sekarang banyak orang yang bercandaan berkata, “tapi bohong” yang artinya jelas-jelas dia sudah berbohong. Banyak dalih berkata, “kan pada akhirnya kita berkata jujur,” tetapi bukankah malaikat sudah mencatat perkataan yang kita ucapkan?
Keempat, pernahkah kita berkata kepada orang di dalam media sosial, “maaf, saya tidak tahu ada chat atau telpon.” Padahal sebenarnya kita tahu tapi malas mengangkat atau membalas? Jika ya, maka kita sudah berbohong.
Kelima, pernahkah kita berbuat salah lalu berkata, “iya, saya memang melakukan kesalahan” walaupun kita tahu akibatnya saat kita berkata jujur? Jika kita pernah, maka kita sudah berkata benar.
Keenam, pernahkah kita dengan berani berkata, “iya, saya kurang suka dengan barang ini atau makanan ini” ataukah kita berbohong mengatakan, “iya saya suka” karena merasa kasihan atau sungkan? Jika kita berani berkata jujur, maka ingatlah! Kejujuran terkadang menyakitkan, tetapi berkatalah jujur dengan cara yang baik.
Mari kita sama-sama belajar untuk menjadi orang yang benar, baik, dan jujur karena Tuhan menasihati kita, “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu.” (Mazmur 34:14)
Selamat pagi dan Tuhan memberkati.